“Mie Aceh di Tanah Jawa”
Malam ini seperti biasa ia masih setia duduk di depan rumahnya. Menatap langit malam dan merasakan semilir angin menerpa tubuhnya yang terkadang suka membuatnya lupa diri. Teringat kembali akan kenangan-kenangan yang pernah hadir dalam hidupnya dulu. Masa lalu penuh luka yang pernah membawanya pada kesedihan yang tak berujung. ia adalah anak yang lahir di salah satu desa di Aceh. Namun, masa lalu mengharuskan ia meninggalkan kota kelahirannya dan berpindah ke salah satu daerah yang bertempat di kota cirebon, jawa barat.
Awalnya ia bersyukur bisa hidup ditengah-tengah keluarga kecil yang membuatnya bahagia. Namun, perceraian kedua orang tuanya 3 tahun lalu telah merenggut seluruh kebahagiaan yang pernah hadir dalam hidupnya. Ia harus rela pergi jauh bersama ibunya dan meninggalkan ayahnya di kota serambi mekkah tersebut.
Disinilah Cahya dan ibunya kembali memulai hidup lagi, memulai segalanya tanpa seorang ayah. Mereka tinggal di sebuah rumah yang sebenarnya sudah tak layak huni. Namun, mereka sangat bersyukur bisa mendapatkan izin untuk tinggal dengan cuma-cuma tanpa perlu menyewa.
Saat ini cahya masih bersekolah, untungnya biaya sekolah sudah digratiskan oleh pemerintah sehingga sampai sekarang ia masih bisa bersekolah walaupun hampir setiap harinya ia tidak pernah jajan dikarenakan uang jajannya digunakan untuk memenuhi keperluan sekolah yang lainnya seperti alat tulis maupun buku pelajaran. Seringkali cahya merasa kasihan melihat ibunya harus menjadi buruh cuci dari rumah ke rumah demi biaya makan mereka. Memang setiap pulang dari sekolah cahya selalu membantu merawat ternak tetangganya sehingga upah yang didapatkannya bisa diberikan kepada ibunya. Namun, ia merasa bahwa semua itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
“ cahya, ini uang jajanmu nak dan jangan lupa sarapannya ya.” Ucap ibu lembut.
“iya bu terimakasih,yaudah cahya berangkat ya bu.” jawab cahya sambil mencium tangan ibu dan langsung beranjak kesekolah.
Pernah terlintas di benak cahya untuk berhenti bersekolah. Namun, tidak disangka keinginannya itu membuat ibunya marah besar sehingga ia tak ingin lagi mempermasalahkan urusan sekolahnya. Iya yakin, dengan kesabarannya selama ini akan menuntunnya menjadi seseorang yang bisa membanggakan ibunya kelak.
***
“Cahya, ke kantin yuk.” ajak Nina salah satu teman Cahya.
“kamu duluan aja soalnya aku bawa bekal.” jawab Cahya sambil menunjukkan kotak makanan-nya.
“yaudah bareng aja makan di kantin, nanti aku traktir minum deh.” lanjut teman cahya sambil tersenyum. Tak berlama-lama cahya pun bangkit dari duduknya dan langsung menuju kantin bersama temannya.
Hari ini cahya membawa bekal mie aceh goreng buatan ibunya tadi pagi. Makanan kesukaannya dan juga kedua orangtuanya, sekaligus makanan yang berasal dari tanah kelahirannya. Salah satu makanan dengan bahan rempah terbanyak yang selalu mampu memutar kembali segala kenangan yang mebuat dadanya bergejolak. Teringat akan canda tawa dirinya dan juga kedua orangtuanya disetiap menyantap makanan kesukaannya ini.
“aku mau dong mie nya.” ucap nina sambil menyendok mie di kotak bekal cahya. Sedangkan Cahya hanya menganggukkan kepalanya.
“wah, ini mie apa kok enak banget rasanya?.” tanya nina sambil mengacungkan kedua jempolnya.
“namanya mie aceh, ini makanan kesukaanku dan juga keluargaku.” jawab cahya sambil tersenyum tertahan agar temannya tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan sekarang.
“coba aja kamu jual mie ini di sekolah pasti laris deh.” kata Nina sambil terus mengunyah makanannya.
Seketika itu juga cahya langsung terbuka pikirannya, membayangkan bahwa perkataan temannya ada benarnya juga. Mungkin dengan cara berjualan mie aceh, ia dan ibunya tidak perlu lagi hidup susah seperti sekarang ini. Semoga saja perekonomian keluarganya bisa membaik. Cahya mulai memikirkan bagaimana caranya agar ibunya bisa mendapatkan izin agar bisa berjualan di kantin sekolah ini. Setelah ia pikir-pikir, jika uang tabungan ia dan juga ibunya digabung pasti cukup untuk modal berjualan.
Sesampainya dirumah, ia langsung menceritakan semua keinginannya untuk berjualan mie aceh kepada ibunya. Seketika saja ibunya langsung setuju dengan semua ucapan cahya yang meyakinkan bahwa mungkin dengan cara ini mereka bisa memperbaiki perekonomian mereka. Setelah mendapat izin dari pihak sekolah, cahya mulai sibuk berbelanja keperluan apa saja yang dibutuhkan. Sayangnya, mie disini sedikit berbeda dengan yang ada di Aceh. Namun, tidak masalah karena ia yakin bumbu-bumbu racikan ibunya pasti akan disukai banyak orang.
***
Hari ini tepat sebulan cahya dan ibunya berjualan, tidak disangka jualanan mereka laku keras. Cahya sangat bersyukur dengan adanya usaha ini, perekonomian keluarganya mulai membaik. Namun dibalik rezeki yang datang pasti ada saja orang-orang yang tidak suka, salah satu penjual makanan disini memfitnah ibunya kalau makanan yang ibunya jual tidak bergizi. entah siapa yang secara sengaja menaruh cairan boraks ditempat jualanan ibunya sehingga ibunya tidak diperbolehkan untuk berjualan lagi.
“ yang sabar ya bu, gimana kalau kita buka warung di depan rumah aja bu?.” Tanya cahya sambil memijit tangan ibunya.
“ yaudah kalau gitu kamu bantu ibu siapin warung seadanya aja ya.” jawab ibu sambil bangkit dari duduknya.
Dengan sekuat tenaga aku kembali membuat warung seadanya saja untuk kami berjualan lagi. Aku berharap semoga apa yang menimpa kami kemarin bisa menjadi pelajaran untuk aku dan juga ibuku. Hari ini aku dan ibuku mulai berjualan kembali, syukurlah pendapatan hari ini sangat banyak. Aku tidak menyangka bahwa mie aceh ternyata sangat digemari di tanah Jawa ini.
***
Setelah setahun berjualan, alhamdulillah pendapatan hasil penjualanan mie aceh sudah bisa membantu cahya dan ibunya untuk merenovasi warung dan juga rumahnya. Tidak disangka bahwa cita rasa mie aceh mampu menarik minat pembeli di tanah jawa. Mereka mulai membuka cabang di salah satu kota yang terdapat di jawa barat. Rencananya mereka akan kembali membuka cabang di sekitaran jawa timur tahun depan.
Sekali lagi cahya membayangkan betapa apiknya cerita perjalanan hidupnya yang sudah disusun rapi oleh tuhan. Memberinya kehilangan, kehilangan keluarga kecil yang utuh dan bahagia namun kembali memberikan apa yang menurutnya lebih baik lagi. Mie aceh mengantarkannya kepada kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, terlebih lagi bisa melihat ibunya tersenyum bahagia sekarang. Cahya berharap semoga semuanya tetap seperti ini, tetap mengalir mengikuti arus kehidupannya. Ia sadar, hidup tanpa seorang ayah tidak menghentikan dirinya untuk terus maju dan belajar dari masa lalu yang pernah terjadi. Ambil sisi positifnya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dan satu lagi, jangan pernah takut untuk memulai mimpimu karena semua kebahagiaan yang terjadi kepada cahya semuanya berawal dari mimpi dan dapat terwujud karena adanya keinginan dan kerja keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar