Rabu, 21 April 2021

"Jadilah Sinar Untuk Mereka Yang Mulai Redup"

 

Sembari menunggu datangnya malam. Kuputuskan untuk berjalan-jalan sejenak menikmati udara sore hari yang berbalut senja. Saat ini aku sedang berada di sebuah festival budaya Aceh yang rutin diadakan setahun sekali ini. dan tepat nanti malam, akan di adakan pertunjukan tari-tarian tradisional Aceh. Sepanjang jalan aku melihat bermacam-macam barang yang dijual disini. Mulai dari souvenir sampai makanan yang semuanya khas tradisional aceh. Mulai dari bros, kopiah, kain songket, sarung, perhiasan bahkan dodol khas Aceh pun ada.

Setelah puas mencuci mata. Tak terasa ternyata senja sudah berganti malam. Berarti sebentar lagi acara pertunjukan tari akan segera dimulai. Langsung saja aku bersiap-siap untuk mencari tempat duduk di sekitaran panggung.

Acaranya sudah dimulai. Aku benar-benar sangat terpukau menyaksikan tarian-tarian tradisional Aceh. Mulai dari tari ranup lampuan, tari saman, tari tarek pukat dan masih banyak lagi yang di tampilkan disini. Aku tidak menyangka, di balik kota kecil ini ternyata banyak sekali hal-hal yang patut kita banggakan. Mulai dari kesenian, adat istiadat dan budaya yang ada di Aceh ini semuanya sangat istimewa. itu semua yang membuat Aceh terlihat berbeda dengan provinsi  lain. kota kecil yang bisa menghasilkan generasi muda yang berprestasi dan kreatif.

“kerupuk..kerupuk..kerupuk..”

Seketika saja fokusku langsung tertuju kepada seorang pedagang kerupuk tersebut. Ternyata dia adalah seorang anak kecil yang bisa kutebak mungkin umurnya masih sekitar 7-8 tahunan. Bagaimana bisa anak sekecil itu berjualan kerupuk malam-malam begini? Namun, karena posisinya sudah semakin menjauh dariku, akupun mencoba kembali fokus pada pertunjukan tari tersebut.

Tepat pada pukul 9 malam, akhirnya acaranya pun berakhir. Langsung saja aku bergegas untuk kembali ke rumah. Namun, belum sempat aku melangkahkan kaki. Lagi-lagi anak kecil penjual kerupuk tadi berhasil mencuri perhatianku. Wajahnya terlihat sangat lesu. Ternyata kerupuk yang di tentengnya sedari tadi masih sangat banyak.

Tak menunggu lama akupun langsung menghampirinya.

“hai dek, berapaan kerupuknya?”

“seribu aja kak” jawabnya masih dengan wajah lesu.

“kalau gitu kakak beli 20 ribu aja deh”

Setelah mendengar ucapanku, wajahnya langsung berubah girang. Ia tampak senang. Langsung saja dia memasukkan kerupuk yang aku beli ke dalam kantong plastik.

“malam-malam gini kok masih jualan? Memangnya besok gak sekolah?”

“aku gak sekolah kak”

“loh emang umur kamu berapa?”

“delapan tahun”

“terus kenapa gak sekolah? Harusnya di umur delapan tahun itu kamu udah duduk di bangku sekolah dasar”

“kata ibu gak punya uang buat sekolah”

Jawaban yang membuatku miris. Lagi-lagi keterbatasan ekonomi yang jadi penyebab banyaknya anak-anak yang harus putus sekolah. Entah kenapa rasanya tiba-tiba aku ingin sekali berkunjung kerumahnya. Menyaksikan bagaimana keadaan adik kecil ini yang sebenarnya.

Aku masih tidak percaya di zaman yang sudah se-modern ini. ternyata masih ada saja orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. Aku memberanikan diri untuk meminta izin kepada adik kecil yang ternyata bernama Aji ini. aku meminta izin agar dia bersedia membawaku kerumahnya.

Sepanjang perjalanan Aji bercerita tentang keinginannya bisa bersekolah seperti anak-anak lain. tapi mau bagaimana lagi, perekonomian keluarganya tidak mendukung. Tak terasa setelah aku berjalan sekitar 10 menit. Sampailah aku di sebuah rumah sederhana yang masih beralaskan tanah. Bisa dikatakan rumah yang ditempati aji sudah tidak layak huni. Langsung saja aku mengikuti langkah kaki aji untuk masuk kedalam rumahnya.

Orang tua aji ternyata sangat ramah padaku. Setelah berbincang-bincang sedikit, aku langsung menanyakan pertanyaan yang sedari tadi sudah mengganjal dipikiranku.

“buk, kalau saya boleh tau. Kenapa ibu gak menyekolahkan Aji?” tanyaku se-sopan mungkin agar tidak menyinggung perasaannya.

“tidak ada uang dek. Sehari-hari saya cuma mulung. Ayahnya pergi merantau dan tidak pulang-pulang sampai sekarang. Jangankan mengirim uang, mengirim kabar pun tidak. Untuk makan saja susah. Ya sudah, Aji saya suruh jualan kerupuk aja buat nambah penghasilan. Lagian kalaupun Aji sekolah tidak akan bisa menjamin apa-apa kan?”

“tapi sekolah itu sangat penting untuk Aji bu. Jualan kerupuk juga tidak bisa menjamin perekonomian keluarga ibu membaik kan?”

Ibunya hanya terdiam. Seperti tidak bisa menjawab apa-apa.

Aku terus saja menasehati ibu Aji agar mau menyekolahkan anaknya. Tapi sayang, orang tua Aji menolak mentah-mentah nasihat dariku. Aku tidak menyangka, ternyata masih ada saja orang tua yang berpikiran bahwa bekerja  jauh lebih penting daripada sekolah. Akupun berusaha untuk memaklumi, mungkin saja dulu orang tua Aji juga tidak mengenyam bangku pendidikan. Sehingga pemikirannya soal pendidikan masih terlalu dangkal. Bagaimana bisa beliau mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa menjamin apa-apa? Setidaknya dengan adanya pendidikan, orang-orang bisa berpikir lebih maju.

Lagipula, sekarang ini sekolah sudah di gratiskan oleh pemerintah. Pemerintah juga sudah menyiapkan beasiswa untuk anak-anak kurang mampu seperti aji ini. lalu apalagi yang membuat ibunya tidak mau menyekolahkan Aji?

Karena hari sudah semakin larut, akupun berpamitan dan  memutuskan untuk kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan aku masih saja kepikiran tentang Aji. Awalnya kupikir, hanya didaerah-daerah terpencil saja yang masih banyak anak-anak yang tertinggal pendidikan. Ternyata di kota seperti ini masih ada saja anak-anak yang harus rela tidak bisa sekolah hanya karena keterbatasan ekonomi.

Aku tahu sebenarnya pemerintah juga sudah melakukan segala cara agar bisa menghasilkan pendidikan yang bermutu. Berusaha mengutamakan masyarakatnya agar bisa sejahtera, khususnya sejahtera dalam bidang pendidikan. Sekarang sekolah sudah di gratiskan, dan itu adalah salah satu bukti bahwa sebenarnya pemerintah juga sudah berusaha. Hanya saja, mungkin masih ada penanganan yang kurang efektif sehingga mungkin butuh waktu yang sangat lama untuk bisa mencapai pendidikan maju seperti yang diinginkan selama ini.

Kita pun sebagai masyarakat jangan teralu sering menyalahkan kinerja pemerintah. Mengharuskan pemerintah untuk melakukan ini-itu. Harus merubah cara kerja agar sesuai dengan keinginan masyarakatnya. Tapi tanpa kita sadari, harusnya pola pikir masyarakatnya juga di rubah. Andai saja masyarakatnya bisa berpikir sedikit lebih maju, pasti tidak akan ada anak-anak seperti Aji yang tidak bisa merasakan dunia pendidikan.

                                                                ***

Keesokan harinya, aku menceritakan soal pertemuan singkatku dengan Aji. Aku menceritakan semuanya kepada temanku. Untungnya dia adalah salah satu perangkat desa yang berperan penting di sekitar daerah tempat tinggal Aji. Ia sangat menyayangkan atas apa yang sudah terjadi kepada Aji. Aku berharap semoga saja dia bisa membantu Aji untuk bisa bersekolah. Ia mengajakku untuk berkunjung kerumah Aji. Katanya untuk meyakinkan bahwa apa yang aku katakan itu benar atau tidak.

Setelah sampai dirumah Aji, kami pun langsung dipersilahkan masuk. Awalnya, ibu Aji tampak terkejut dengan kedatangan kami. Namun, setelah menyampaikan maksud dan tujuan kami datang kerumahnya, kini ia sudah tampak biasa saja.

Pertemuan kami pun berlangsung dengan obrolan-obrolan seputar Aji. Temanku berusaha membuka pikiran ibu Aji tentang betapa pentingnya pendidikan sekarang ini. setelah menjelaskannya, tiba-tiba saja ucapan temanku yang selanjutnya  langsung membuatku membelalakkan mata.

“ Insyaallah kami akan membantu Aji agar bisa bersekolah. Setiap bulan Aji akan mendapatkan bantuan berupa uang untuk keperluan-keperluan sekolah. kalau soal perlengkapan sekolah, nanti akan kami bantu juga. Yang penting Aji-nya mau bersekolah dengan sungguh-sungguh”. Aku tidak menyangka responnya akan secepat ini.

Sontak saja aku langsung memandang wajah kecil Aji. Andai saja pertemuanku dengan Aji bisa lebih cepat dari ini. pasti Aji bisa bersekolah tepat waktu sesuai umurnya. Namun, lagi-lagi aku kembali bersyukur karena Allah sudah memberikan jalan untuk Aji. Tidak ada kata terlambat bukan?

Terpancar semburat kebahagiaan di wajah Aji. Ia tersenyum kecil ke arahku. Matanya langsung berkaca-kaca seakan-akan air mata yang akan jatuh itu adalah air mata kebahagiaannya.

“gimana Aji? Kamu mau sekolah kan?” tanyaku meyakinkan. Walaupun sebenarnya aku sudah tau jawabannya pasti ‘mau’.

“mau kak. Aku mau” jawabnya sambil menganggukan kepalanya berkali-kali.

Entah angin darimana, ibu Aji pun seperti terbuka pikirannya. Ia menyetujui keinginan Aji untuk bisa bersekolah. ia tampak bahagia mendengar bahwa Aji bisa sekolah secara gratis.

Aku tahu bahwa setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, terkadang orang tua seringkali lupa bahwa apa yang terbaik bagi orang tua, belum tentu yang terbaik pula untuk anak-anaknya.

“kak, makasih banyak ya udah bantu Aji. Aji pengen banget bisa jadi orang baik kayak kakak”

“sama-sama Aji. Kakak malah ingin jadi seperti kamu yang tetap sabar menjalani semua kehidupan dengan baik walaupun takdir gak sesuai sama yang kamu inginkan. Di umur sekecil ini aji mau jualan kerupuk buat ngebantu ibu. Tapi, kita cukup jadi diri sendiri saja. Aji tetaplah Aji, begitu juga dengan kakak. Aji harus bangga sama diri Aji sendiri ya. Enggak semua anak bisa setegar Aji” Bahagia sekali rasanya bisa membantu Aji. Menolongnya agar bisa mencapai keinginan terpendamnya, yaitu bisa bersekolah.

Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan setiap orang. Di sekolah kita bisa mendapatkan banyak pembelajaran yang tidak bisa kita dapatkan di tempat lain. tempat dimana kita bisa menemukan jati diri, belajar bertanggung jawab, bersosialisasi. Dan yang pasti kita juga akan mendapatkan ilmu yang suatu saat nanti pasti akan sangat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. jadi jika masih ada orang-orang yang memandang pendidikan sebelah mata, bantu mereka untuk bisa berpikir lebih cerdas lagi, buka pikiran mereka bahwa pendidikan itu sangat dibutuhkan. Pendidikan bukan suatu hal yang bisa di remehkan.

Semua hal yang menyangkut dengan pendidikan itu penting. Semoga saja pemerintah dan masyarakat mau bekerja sama dalam mewujudkan pendidikan yang maju dan beradab. Dan semoga pendidikan di seluruh daerah di indonesia bisa lebih merata baik di kota maupun di daerah pedalaman.

                                                            Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fokus Pada Satu Hal

       Kemarin ketika saya mencoba untuk beristirahat pada malam hari, tiba-tiba saja saya terlintas ingin membuka usaha kecil-kecilan thr...